Jodoh: Nggak Usah Muluk-muluk

   
By
Mujiburrahman Al-Markazy
Jodoh adalah sesuatu yang menarik dan senantiasa menjadi bahan pembicaraan disemua kalangan masyarakat, baik orang yang sudah berkeluarga, sudah pernah berkeluarga maupun yang akan mrembina keluarga. 

Sebagai makhluk sosial, manusia tentu saja tidak bisa hidup sendiri. Manusia senantiasa membutuhkan teman, kawan dan pasangan. Tentunya, pasangan hidup.

Selain itu, kita sebagai makhluk yang berketuhanan sangat meyakini bahwa segala sesuatu sudah kodratnya diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Penyayang berpasang-pasangan. Ada yang kaya, ada miskin ada siang dan malam, ada gelap ada terang, begitupun ada lelaki dan ada wanita.

Ketika melihat burung pipit di samping rumah bertengger dan bercengkrama riang dengan kawan dan pasangannya, terkadang muncul inspirasi dari dalam diri kita, "burung pipit aja ada pasangannya, masa saya sudah begini cakep, penghasilan walaupun yah masih pas-pasan tapi, bisalah untuk menopang hidup, kenapa belum juga memiliki pasangan yang bisa menjadi kawan sehidup dan semati...???".
"Toh hidup ini begitu singkat".

Pikiran seperti ini kadang menjadi "hantu" yang tiba-tiba muncul apalagi saat sendirian, sunyi, tanpa kawan, yang ada hanya keheningan malam. Hati jadi remuk redam tanpa tahu bagaimana solusi terbaiknya.

Sebagai orang yang berpendidikan, bermartabat, dan beragama tentunya tidak akan memilih jalur yang salah dalam memecahkan permasalahan yang satu ini.
Berapa banyak orang yang jatuh ke dalam lumpur kehinaan dan terperangkap dalam jala-jala iblis sehingga melacurkan dirinya dalam dosa dan maksiat.

Setahap demi setahap iblis membisikkan ilusi-ilusi negatif untuk melakukan dosa, mulai dari cari pacaran, ketemuan, sering bersama, akhirnya terjatuh kedalam kubangan dosa zina. Ketika seseorang sudah masuk ke dalam perangkap zina, akan sangat sulit untuk menghindari darinya, bahkan cenderung ketagihan dalam sex terlarang tersebut. 

Lantas apa yang harus kita buat untuk menghindari jebakan-jebakan setan itu dan bisa keluar menjadi pemenang dengan prestasi terbaik memiliki pasangan sejati dalam mengisi kekosongan dan kehampaan hidup.

Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk memperoleh rezeki terbaik pernikahan itu, diantaranya:

1. Berdo'a

    Yah, berdoa. Bukankah segala sesuatu itu terjadi sesuai dengan kehendak Allah...???
Pasangan hidup yang kita idam-idamkan itu meski kita tidak mengetahui dimana keberadaannya, tapi Allah tentu sangat tahu dimana si dia berada. Terkadang kita mengidolakan seseorang, yang bisa jadi kita menjadi orang yang mencintai dalam diam tapi kitapun tidak tahu apakah dia jodoh kita.

Doalah yang akan menjadi jembatan sekaligus sebagai kompas terbaik dalam mengarahkan kita menuju pulau cinta yang menjadi harapan selama ini. Eit...! Sedikit bocoran bahwa tidak selamanya yang kita minta secara perspektif pribadi bahwa dia Itu yang terbaik untuk kita. Bisa jadi dia hanya orang baik tapi bukan berarti yang terbaik dalam mengisi kekosongan diri kita, yang pastinya kita menginginkan pasangan yang bisa menerima kita apa adanya. Bukan karena ada apanya. Yah doalah yang bisa menjawab semua keluh-kesah yang bergelora dalam jiwa.

Pilihlah momentum doa pada saat dan waktu-waktu mustajab dikabulkan oleh Allah. Misalnya, berdoa menjelang berbuka puasa, pada saat hujan deras, pada waktu sujud, pada saat ayam jantan berkokok, pada pergantian hari baik setelah subuh maupun setelah Ashar, setelah sholat tahajud, setelah baca Qur'an, pada saat setelah sholat atau setelah buat suatu amal kebaikan yang sangat kita inginkan pahala dari amal tersebut seperti kita selesai membantu orang lain. Sebelum berdoa kita mengambil posisi duduk yang rileks menengadahkan hati. 

Pertama-tama beristigfar mengingat dosa kita yang terlampau banyak, sedikitnya amal, dan penuh kerendahan memohon bantuan kepada Allah seolah-olah kita tidak punya pegangan lain selain hanya kepada-Nya.

"Ya Allah bim-binglah hamba menemukan jodoh hamba, berikanlah rezeki terbaik dengan memiliki pasangan hidup yang bisa menentramkan jiwaku...". Sebanyak apapun permohonan kita dan keluh-kesah kita itu semakin baik. Berdoalah dengan penuh Kepasrahan dan kesungguhan.

2. Mencari bibit, bebet dan bobot.

Pernikahan adalah membangun sebuah kehidupan. Apakah kehidupan itu akan menghasilkan syurga atau sebaliknya menghasilkan kedurjanaan yang bermuara pada kemurkaan Allah.

Nabi Muhammad saw, mengajarkan kita untuk memilih. Ya memilih. 4 unsur yang Nabi saw inginkan menjadi pertimbangan utama dalam memilih siapa yang akan menjadi teman seperjuangan, sehidup-sematinya. 

تنكح المرأة لأربع: لمالها ولحسبها وجمالها ولدينها، فاظفر بذات الدين تربت يداك
“Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” (HR. Bukhari-Muslim)

Walaupun haditsnya menyebutkan wanita, tapi kriteria ini juga berlaku untuk laki-laki. Pertama berharta, berkedudukan baik secara nasab maupun memiliki jabatan tertentu, cantik atau tampan dan yang terakhir adalah karena agamanya. Bahkan Nabi Saw menekankan untuk memprioritaskan agamanya.

Memang secara jujur kita menginginkan yang berharta untuk menopang kehidupan kita nantinya, atau yang punya kedudukan jabatan demi mengangkat harkat dan martabat kita, atau yang berparas menawan dan kita akan bangga dengan itu. Tapi Nabi saw tetap menekankan bahwa apabila kita tidak memiliki atau mendapatkan calon istri atau suami yang memiliki semua kriteria ideal itu maka kebaikan agamanya adalah pertimbangan utama. 

Kenapa...??? Karena walaupun si dia memiliki harta, pangkat dan jabatan ditambah lagi memiliki paras yang rupawan, tapi tanpa memiliki sokongan agama yang kuat, semua akan sirna dan tidak abadi. Semua kriteria tadi selain agama akan lenyap dan pudar seiring dengan berjalannya waktu. Agamalah yang menjadi sokongan dan patokan awal.

Terus, apa kriteria bahwa si dia telah mengamalkan agama. Secara kasat mata orang bisa mengatakan kalau telah berbusana muslim atau muslimah kita sudah menganggap dia mengamalkan agama secara sempurna...??? Tidak. Itu belum cukup. Pertama-tama kita harus pastikan apakah dia orang yang menjaga sholatnya...???


a. Si Dia Menjaga Sholatnya

    Jika dalam perkara sholat saja dia tidak mampu jaga, apalagi dalam perkara rumah tangga yang bukan sehari dua hari tapi seumur hidup. Pastikan dia orang mushollin (orang yang menjaga sholatnya).
Rasulullah saw bersabda.
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : قاَلَ رَسُولُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : (( إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ ، فَإنْ صَلُحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ ، وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ ، قَالَ الرَّبُ – عَزَّ وَجَلَّ – : اُنْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ، فَيُكَمَّلُ مِنْهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ ؟ ثُمَّ تَكُونُ سَائِرُ أعْمَالِهِ عَلَى هَذَا )) رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ ، وَقَالَ : (( حَدِيثٌ حَسَنٌ ))
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.” (HR. Tirmidzi, ia mengatakan hadits tersebut hasan.) [HR. Tirmidzi, no. 413 dan An-Nasa’i, no. 466. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih.]

Dengan dia menjaga sholat maka dia akan mampu menjaga sendi-sendi agama yang lain. Pernikahan termasuk salah satu dari sendi agama yang di maksud. Ketika Umar bin Khattab ra. Menjadi khalifah ia menulis surat ke semua gubernur dan wakilnya di seluruh wilayah, bahwa "yang paling aku pentingkan dari semua urusan agama ini adalah sholat, barangsiapa yang menjaga sholatnya maka dia akan mampu menjaga sendi-sendi agama yang lain". Apakah hanya dengan menjaga sholat itu sudah termasuk menjaga agama...??? Iya cuman masih membutuhkan sokongan yang lain. 
Sokongan apakah itu...???

b. Ilmu. 

Yah si dia mesti memiliki dasar dalam memandu rumah tangga sakinah. Bagaimana mungkin sang Nahkoda akan bisa berlayar dengan baik tanpa memiliki kemampuan ilmu yang mumpuni. Sementara rumah tangga adalah bahtera dengan perjalanan menuju ke pulau kebahagiaan dunia akhirat. Bagaimana mungkin bisa di tempuh perjalanan hidup yang tidak bisa di tebak ini tanpa ilmu agama yang memadai. 

Minimalnya mengetahui dasar halal-haram, makruh-sunnah dan mubah dalam agama. Setidak-tidaknya si dia sering menghadiri majelis ilmu para ustadz-ustadz atau alim-ulama. Ilmu adalah suatu karunia yang Allah berikan kepada orang yang Allah swt inginkan hamba itu diberikan kebaikan yang banyak. Rasulullah saw menyampaikan,

من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين

“Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah untuk mendapat kebaikan maka akan dipahamkan terhadap ilmu agama.” (HR. Bukhari-Muslim)
Bukan hanya calon imam harus berilmu tapi calon istri bagi sang ikhwan juga harus memiliki "sedikit" bekal ilmu agama dalam menyambangi kehidupan rumah tangga nantinya. Dengan ilmu yang dia miliki akan membantu sang calon ibu untuk bisa mendidik anak nantinya.

c. Bertanggungjawab
Indikator lain seseorang itu dikatakan beragama adalah ia memiliki komitmen dalam menjaga apa yang menjadi tanggung jawabnya. Hal ini disinyalir oleh Rasulullah saw dalam sabdanya,
كفى بالمرء إثما أن يضيع من يقوت
“Cukuplah seseorang itu berdosa bila ia menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungannya.”(HR. Ahmad, Abu Dawud. Al Hakim berkata bahwa sanad hadits ini shahih).

Baik laki-laki maupun perempuan masing-masing ada tanggung-jawabnya.

Hal ini dilansir oleh baginda Nabi Muhammad saw dalam sebuah haditsnya: 

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ , فَالإمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ, وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ, وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَهِيَ مَسْئُولَةٌ, وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ. أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ


“Dari Abdullah, ia berkata: Nabi saw. bersabda: Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawabannya. Maka seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawabannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia akan dimintai pertanggung jawabannya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya, dan ia pun akan dimintai pertanggung jawabannya. Dan seorang budak juga pemimpin atas harta tuannya dan ia juga akan dimintai pertanggung jawabannya. Sungguh setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya” Sahih al-Bukhori: 4789

Siapapun dia baik laki maupun perempuan memiliki tanggungjawab masing-masing, sang suami berusaha menjadi teladan yang baik di rumah disamping mencari rezeki yang halal ketika di luar rumah. Begitupun Sang Ibu akan mendidik putra-putri di rumah dan menjadi teladan terbaik untuk si buah hati.

Hal ini akan bisa sukses dan berhasil jika masing-masing calon suami dan istri belajar untuk memperbaiki diri dengan memupuk rasa tanggungjawab dimanapun ia berada, apa indikasi bahwa seseorang itu bertanggungjawab, minimalnya ia tidak mengingkari janji, disiplin dalam menepati waktu, baik ibadah maupun pekerjaan yang dia lakoni.

d. Berakhlak 

Kriteria terakhir adalah berakhlak. Kenapa demikian...??? Karena seseorang itu jika tidak berakhlak maka pasti ia yang harusnya nampak anggun dan berwibawa, jika tanpa akhlak yang baik semua kebaikan akan hambar. 

Bayangkan jika wajah yang cantik atau tampan ketika ia berbicara dengan yang lebih tua tapi tidak bisa membawa diri, menempatkan posisi dirinya. Dia siapa dengan siapa ia berbicara, kapan ia bicara, dalam kondisi apa ia berbicara. Inilah akhlak.

Dia akan cocok dengan siapa saja ketika baik akhlaknya, dengan orang tua, anak-anak, maupun yang sebaya. Nabi Muhammad saw sampaikan:

إِذَا أَتَاكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ خُلُقَهُ وَدِينَهُ فَزَوِّجُوهُ ، إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌفِي الأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيضٌ
“Jika datang kepada kalian seorang pelamar putri kalian yang kalian ridhoi akhlaknya dan agamanya maka nikahkanlah, jika kalian tidak melakukannya maka akan terjadi fitnah (bencana) di muka bumi dan kerusakan yang luas.” [HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Shahih Ibni Majah: 1601]
Yah akhlak yang mulia akan menjadikan orang yang "hina" menjadi mulia dan tanpa akhlak yang mulia akan menjadikan orang mulia menjadi "hina".
======================================
Semoga bermanfaat

Komentar